Thursday 9 July 2015

10 Tradisi Lebaran Paling Unik di Indonesia

Lebaran tinggal hitungan hari. Beragam kesenian dan pertunjukan budaya dipersiapkan warga untuk menyambut hari kemenangan Umat Muslim ini. Dan berikut ini adalah tradisi budaya khas Indonesia yang biasanya dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut Lebaran.

1. TRADISI PAWAI PEGONG
Ini adalah tradisi Lebaran unik yang hanya dilakukan di Jember, Jawa Timur. Pada hari ketujuh setelah Lebaran, masyarakat Jember mengadakan festival pawai Pegong (pedati khas Jember). Pegong tersebut dihias dengan cantik, kemudian diarak dari kota menuju pesisir Sungai Ulo Watu.

Setelah tiba di lokasi, masyarakat kemudian bersantap ketupat bersama.

Tradisi ini sudah merupakan tradisi turun-temurun. Hingga hari ini tradisi ini masih dipertahankan. Tidak saja bertujuan mempertahankan warisan budaya leluhur, tetapi juga untuk mempertahankan keberadaan Pegong, yang hingga hari ini sudah tersisih oleh moda transportasi modern, seperti angkot, taksi, dan ojek.



2. TRADISI MEUGANG
Di Aceh, ada tradisi unik bernama Meugang. Tradisi ini dilakukan saat Lebaran, di mana keluarga yang merayakan Lebaran di Aceh beramai-ramai menyembelih dan memasak daging sapi atau kambing, yang kemudian dibagikan kepada kaum dhuafa serta dimakan bersama keluarga.

Budaya ini masih dilakukan masyarakat perkampungan. Biasanya usai menjalani Sholat Ied, masyarakat berkumpul di halaman mesjid, kemudian melakukan tradisi ini. Tradisi Meugang tidak saja dilakukan di saat Lebaran, tetapi juga saat Idhul Adha atau Lebaran Kurban.



3. MENYULUT MERIAM KARBIT
Di Pontianak, saat malam takbiran, masyarakat mengadakan Festival Meriam Karbit yang dilakukan di Sungai Kapuas. Meriam Karbit adalah meriam yang terbuat dari bambu berbagai ukuran dan di dalamnya dimasukkan karbit. Cara menembaknya adalah dengan menyulutnya, sehingga karbit di dalam meriam pun meledak dan ledakannya keluar dari ujung bambu.

Festival ini digelar untuk mengenang Sultan Syarif Abdulrahman Alkadri, pendiri Kota Pontianak, yang punya kebiasaan mengusir kuntilanak dengan meriam.

Belakangan ini, Pemerintah Kota menjadikan festival itu sebagai kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun. Meriam Karbit disusun dan disulut mulai dari Pelabuhan Sangie Pontianak hingga kawasan pinggiran Gang Garuda di Jalan Imam Bonjol.



4. TRADISI RONJOK SAYAK
Dikenal juga dengan tradisi Bakar Gunung Api. Tradisi ini dilakukan di Bengkulu, dan sudah merupakan tradisi yang dilakukan ratusan tahun silam. Banyak orang meyakini tradisi ini pertama kali dilakukan oleh Suku Serawai yang merupakan salah satu suku tertua dan terlama di Bengkulu.

Tradisi ini biasanya dilakukan pada Malam Takbiran. Biasanya masyarakat menyusun batok kelapa seperti tusuk satu yang menjulang ke atas, lalu membakar batok itu. Pembakaran batok kelapa ini dilakukan warga secara serempak usai melaksanakan sholat Isya.



5. TRADISI PUKUL SAPU
Salah satu tradisi yang cukup ekstrim yang dilakukan di Indonesia adalah Tradisi Pukul Sapu. Tradisi ini biasanya dilakukan warga Desa Morella dan Desa Mamala yang berlokasi di Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah.

Setiap hari ketujuh Lebaran, para warga berkumpul di halaman Mesjid Besar, kemudian mengutus para pria perwakilan masing-masing desa, untuk berkumpul di tengah lapangan. Setelah itu mereka pun saling menyabetkan lidi enau ke bagian badan lawannya. Lidi enau merupakan lidi yang sangat kuat dan tajam dan mampu merobek kulit jika tersabet ke tubuh. Tujuan Tradisi Pukul Sapu ini adalah untuk menjalin silaturahmi antar dua desa, dan memaafkan kesalahan di masa lalu.

Tradisi ini biasanya berlangsung sekitar 30 menit. Setelah semua peserta dipastikan terkena sabetan, maka "perang" pukul sapu pun selesai, dan para peserta saling berjabat tangan atau berpelukan.



6. TRADISI BATABO
Tradisi yang dilakukan warga Kampar, Kepulauan Riau, ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun. Bisa dikatakan tradisi ini merupakan tradisi menyambut para pemudik yang kembali ke kampung halamannya.

Biasanya, jika ada rombongan pemudik yang datang, masyarakat melakukan upacara penyambutan dan mengarak para pemudik dengan diiringi rebana, mulai dari lokasi kedatangan hingga ke desa mereka.

Malam harinya, tradisi ini dilanjutkan dengan pengajian dan lomba membaca Al-Qur'an.

Tradisi ini dilakukan sebagai wujud silaturahmi serta rasa rindu keluarga pada pemudik.



7. TRADISI LEBARAN TOPAT
Ketupat adalah salah satu makanan khas - selain gule - yang biasa disantap pada saat Lebaran. Namun Suku Sasak yang tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat, tidak menggunakannya untuk disantap tapi "senjata". Lho?

Ya. Seminggu sebelum Lebaran, Suku Sasak biasa melakukan tradisi yang mereka sebut Lebaran Topat. Tradisi yang biasa dilakukan di Pura Lingsar, Lombok Barat, ini melibatkan warga yang saling lembar ketupat. Warga percaya kalau mereka melempar ketupat ke warga lain, maka permohonan dan doa mereka terkabul.



8. TRADISI GREBEG SYAWAL
Tradisi Yogyakarta ini terbilang seru. Setiap tanggal 1 Syawal, pihak Keraton Yogyakarta akan menyerahkan Gunungan Lanang (Kakung) kepada warga untuk diarak ke Mesjid Gede Kraton Ngayogyakarta. Gunungan yang terbuat dari sayur-sayuran dan hasil bumi itu kemudian didoakan, lalu dibagi-bagikan kepada warga. Biasanya warga mengambil gunungan itu dengan cara berebutan.

Masyarakat percaya kalau gunungan yang sudah didoakan itu akan membawa berkah. Siapapun yang mendapatkan bagian dari gunungan itu, niscaya doanya akan terkabul.



9. TRADISI MEMBAKAR ILO SANGGARI
Ilo Sanggari adalah Lentera. Tradisi ini sebenarnya adalah tradisi kuno yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan Dompu, Nusa Tenggara Barat, sejak abad 15 Masehi. Sayangnya, tradisi ini sudah jarang dilakukan, mengingat listrik sudah masuk ke banyak desa di sana, sehingga penggunaan lentera sudah banyak ditinggalkan.

Tradisi ini biasa dilakukan tiga malam menjelang Idul Fitri. Pada waktu itu, masyarakat akan memasang lentera mengelilingi rumah mereka. Lentera yang dipasang biasanya merupakan lentera yang dibuat sendiri dengan berbagai bentuk dan warna.



10. TRADISI MAKAN NASI JAHA
Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara mengenal tradisi Binarundak atau memasak Nasi Jaha bersama-sama. Tradisi ini biasanya dilakukan tiga hari setelah Idul Fitri. Tradisi ini masih tergolong baru, dan terinspirasi dari Tradisi Lebaran Ketupat yang biasa dilakukan di Minahasa dan Gorontalo. Pelaksanaan acaranya pun mirip dengan tradisi tersebut, hanya bedanya yang dimasak dan dimakan bukan ketupat tapi Nasi Jaha.

Nasi Jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara. Meski namanya "nasi", tapi bahan yang digunakan adalah Beras Ketan yang dicampur santan dan jahe. Campuran itu dimasukkan ke dalam batang bambu yang dilapisi daun pisang, kemudian dibakar dengan seraut kelapa. Setelah matang, Nasi Jaha kemudian dinikmati bersama masyarakat setempat.


No comments:

Post a Comment