Thursday, 17 July 2014

10 Kebiasaan Orang Indonesia yang "Tidak Lazim" di Mata Orang Asing (Bule)

Masyarakat Indonesia punya cara dan budaya tersendiri yang unik dan khas. Karena keunikan dan kekhasan budaya inilah, dalam beberapa kondisi tertentu sulit diterima oleh beberapa kalangan, terutama dari orang Asing (orang Bule) yang berasal dari Eropa maupun Amerika. Tidak heran jika orang-orang tersebut mengenyitkan kening saat melihat dan mengalami sendiri pengalaman saat masuk ke dalam lingkungan masyarakat Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa budaya dan kebiasaan orang Indonesia yang hingga hari ini masih dianggap "tidak lazim" oleh orang bule.

1. MAKAN DENGAN TANGAN
Makan dengan tangan adalah hal yang sangat lumrah di Indonesia, dan bahkan menjadi "tradisi" serta budaya di beberapa daerah tertentu. Sebenarnya masyarakat luar negeri pun mengenal tradisi makan dengan tangan (misalnya Meksiko yang makan burito dan tachos, atau orang Timur Tengah dan India yang makan roti Chane dan kuah kari). Namun yang membedakan budaya "makan dengan tangan" di Indonesia adalah kebiasaan masyarakat untuk makan dengan "membenamkan" tangan ke dalam makanan (di mana kadang-kadang merupakan makanan berkuah), seperti yang dilakukan orang saat makan Nasi Padang.

Bandingkan dengan orang bule yang makan tachos dengan hanya mencocol ujung tachos saja ke saos (Anda tidak akan pernah melihat ada orang bule makan tachos dengan membenamkan seluruh bagian tachos, termasuk tangannya sendiri, ke dalam saos tachos kan?).

Bagi sebagian orang bule, makan dengan tangan yang basah kuyup oleh kuah makanan adalah sangat tidak higienis. Apalagi jika makannya tanpa mencuci tangan yang bersih (jarang kita temui orang mencuci dan menggosok tangannya dengan sabun hingga bersih sebelum makan Nasi Padang). Lebih parah lagi, setelah makan dengan tangan, jarang pula ada orang mencuci tangannya bersih-bersih (paling cuci dengan air kobokan saja) dan langsung menggunakan tangannya untuk melakukan hal yang lain, seperti berjabat tangan. Yaikss..... !!!!!


2. KEPO
Jika Anda bertamu ke rumah orang bule, apabila orang tersebut tidak mengenal Anda, maka hal pertama yang ditanya oleh pemilik rumah saat bertemu Anda adalah, "Hi... What can I do for you?" atau "Hallo... May I help you?" (Halo, ada yang bisa saya bantu?)

Tapi cobalah jika Anda bertamu ke orang Indonesia, maka jika belum mengenal Anda, yang akan ditanya oleh pemilik rumah adalah, "Anda siapa? Mau ketemu siapa? Ada keperluan apa?"

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdengar sangat "kepo" dan bernada interogasi. Buat orang bule yang tidak paham dengan budaya di Indonesia, pertanyaan tersebut mungkin sedikit "impulsif" dan terkesan tidak suka dengan kehadiran mereka.


3. JAM KARET
Dari dulu hingga hari ini, sepertinya Indonesia sangat bermasalah dengan urusan "manajemen waktu". Janjinya jam 9 tapi orangnya baru muncul jam 10. Alasannya? Macetlah, mobil mogoklah, kecegat unjuk rasalah......... Pokoknya ada ribuan alasan yang dibuat orang Indonesia untuk menjelaskan alasan keterlambatan mereka. Tidak heran jika muncul istilah Jam Karet, sebagai penggambaran kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak pernah tepat waktu. Memang kesadaran akan waktu sudah cukup membaik belakangan ini, namun tetap saja "jam karet" masih terus terjadi dan berlaku di Indonesia. 

Hal ini mungkin cukup merepotkan bagi orang bule yang mayoritas adalah orang-orang yang sangat menghargai waktu. Sehingga tidak jarang, banyak orang bule yang frustrasi jika sudah bicara soal mengatur waktu pertemuan dengan orang Indonesia, karena mereka tidak selalu bisa tepat waktu.


4. MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
Tidak perduli dari kalangan menengah ke bawah hingga orang berdasi dan bermobil Porche sekali pun, buang sampah sembarangan masih juga menjadi budaya. Meski Pemerintah telah dengan gencar mengkampanyekan dan mengedukasi masyarakat untuk hidup bersih dan membuang sampah ke tempatnya, namun tetap saja masyarakat Indonesia - sadar maupun tidak - masih juga membuang sampah sembarangan. Mulai dari membuang sampah ke selokan atau sungai, hingga membuang sampah melalui jendela mobil.

Orang bule yang terbiasa hidup teratur, rapi, dan bersih, mungkin sangat sulit untuk menerima kondisi ini. Tidak heran jika sebagian dari mereka masih menganggap masyarakat Indonesia adalah penduduk "dunia ketiga" karena perilaku kita yang masih "terbelakang", terutama dalam hal menjaga kebersihan.


5. MEROKOK DI TEMPAT UMUM
Meski telah ada larangan merokok di tempat umum dan telah tersedianya tempat khusus perokok, masih saja banyak orang Indonesia yang merokok di tempat umum dan menyemburkan asapnya ke mana-mana.

Bagi orang bule, tindakan ini sangat kampungan dan menunjukkan si perokok adalah orang yang tidak berpendidikan. Jika ingin merokok, orang bule biasanya akan segera mencari tempat tertutup dan merokok sendirian di sana. Mereka sudah menyadari bahwa asap yang ditimbulkan dari rokok yang dihisapnya dapat merugikan orang lain. Daripada membuat orang lain sakit dan meninggal gara-gara asap rokok yang dihisapnya, mereka memilih untuk "mati sendiri" dengan menelan asap rokok yang mereka hisap sendiri. Sepertinya etika dan cara pikir seperti ini bisa kita teladani ....


6. TANGAN KANAN
Tangan kanan memiliki makna yang sangat penting sekali bagi masyarakat Indonesia. Segala hal yang bentuknya penghormatan dan pemberian, harus dilakukan dengan menggunakan tangan kanan. Apabila menggunakan tangan kiri, maka dianggap sebagai penghinaan yang dapat berujung pada pertengkaran, permusuhan, bahkan perkelahian.

Hal ini mungkin menjadi kesulitan bagi orang bule yang tidak mengenal budaya ini. Bagi mereka, memberikan apapun - baik menggunakan tangan kanan maupun kiri - bukanlah masalah. Yang penting hati si pemberi tulus iklas saat memberi. Jadi jika untuk memberikan sesuatu harus selalu menggunakan tangan kanan, mungkin sedikit "membingungkan". Terlebih jika orangnya kidal (terbiasa menggunakan tangan kiri). 


7.  BELUM MAKAN KALAU BELUM KETEMU NASI
Nasi merupakan makanan pokok kebanyakan masyakarat Indonesia. Jadi sudah sangat jamak jika pada saat makan - entah makan pagi, siang, maupun malam - selalu ada nasi yang tesaji. Yang paling menarik adalah : jika tidak makan nasi, orang Indonesia akan mengalami "gangguan pola makan" di mana mereka bisa terus-menerus merasa kelaparan, meski sebelumnya sudah makan roti 3 tangkup, mie instan 2 bungkus, dan 6 bongkol jagung bakar. Kelaparan ini baru "terpuaskan" setelah mereka makan sepiring nasi, lengkap dengan lauknya.

Hal ini memang sangat berbeda dengan orang bule yang sudah langsung kenyang hanya makan sepotong sandwich, sepotong burger, maupun sepiring spagetti. Bisa Anda bayangkan bagaimana kagetnya mereka jika melihat pola makan orang Indonesia yang luar biasa hanya lantaran belum makan nasi.


8. SALAMAN DENGAN WANITA INDONESIA
Dalam budaya orang luar negeri, saat berkenalan dengan seorang wanita, pria Eropa atau Amerika akan menyalami tangan wanita tersebut dengan hangat dan erat. Beberapa di antaranya bahkan memegang tangan wanita tersebut dan mengecupnya sebagai tanda penghormatan.

Tapi jangan coba-coba budaya tersebut diterapkan di Indonesia. Karena didikan orang tua masyarakat Indonesia sangat ketimuran, di mana wanita dituntut untuk berperilaku sopan, menjaga etika, serta nama baik keluarga dalam berhubungan sosial di masyarakat, maka wanita Indonesia sangat menghindari kontak fisik secara langsung dengan pria, baik yang dikenal maupun tidak.

Buat kita sebagai masyarakat Indonesia, sangat tidak heran apabila saat kita mengajak berjabat tangan, seorang wanita hanya akan menempelkan ujung jarinya saja ke tangan kita atau bahkan seolah-olah "menepis" tangan kita. Itu bukan tindakan tidak sopan, tapi memang adat budaya wanita Indonesia adalah seperti itu. Dan hal ini sangat sah-sah saja, mengingat wanita Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai etika dan kesopanan.


9. BAHASA PLESETAN
Oke... oke... setiap negara pasti punya bahasa gaul yang dikenal dengan sebutan "slank language". Namun sepertinya tidak ada yang punya seperti yang dimiliki Indonesia, yaitu "Bahasa Plesetan". Bahasa ini awalnya banyak digunakan oleh mahasiswa di Yogyakarta, yang kemudian menyebar dan digunakan banyak orang. Hingga hari ini, bahasa plesetan sudah menjadi bahasa "gaul" yang umum dipakai banyak orang dalam percakapan.

Karena keunikannya, banyak orang bule yang sangat bingung dengan bahasa gaul ini, meski pun sudah belajar dan mendalami bahasa Indonesia selama bertahun-tahun. Hal ini wajar, karena bahasa yang mereka pelajari sangatlah formil. Sehingga apabila kata yang diketahuinya digunakan untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan arti kata tersebut, mereka pasti akan terbengong-bengong. Alih-alih kita mau membuat lelucon, malah berakhir dengan diskusi gak penting.

Contoh kasus seperti percakapan antara Anton yang orang Indonesia dengan Thomas yang orang bule tapi sudah belajar bahasa Indonesia :
Anton   : Thomas tau gak kalo kemarin gue baru beli Kompor keren banget.
Thomas (aksen kebarat-baratan) : Kheren? Kheren seperti apa?
Anton : Iya.. Kompornya bisa buat nyetel CD dan lagu lho....
Thomas : Khompor bisa setel CD? Bukannya Khompor untuk masak?
Anton : Hahahahaha..... maksud gue tuh Tape Compo. Itu lho... Tape Compo...
Thomas (garuk kepala) : Khamu bikin bingung saya saja. Tadi bilang beli Khompor. Sekarang bilang beli Tape Compo. Khamu sebenarnya beli apa sih kemarin? Lalu apa bedanya Tape Compo dan Khompor? Bagaimana mungkin khompor bisa pakai untuk setel lagu?

Nah... kalo sudah gini jadi bingung kan ngejelasinnya?


10. KALAP BERBELANJA
Sejak tahun 1970an hingga hari ini, masyarakat Indonesia sudah dikenal dunia sebagai orang yang gemar berbelanja. Tidak perduli lagi liburan atau hari biasa, baru gajian atau kantong sudah kosong karena bulan tua, yang penting : belanja jalan terus... !!!

Jangan tanya kalau sudah masuk masa liburan. Mau di dalam negeri maupun di luar negeri, pasti banyak orang Indonesia yang berbelanja. Entah hanya berbelanja beberapa barang keperluan, maupun belanja barang-barang "tidak jelas" hingga bertroli-troli. Saya menemukan ada beberapa pusat perbelanjaan di Singapura dan Vietnam yang khusus mempekerjakan orang-orang yang fasih berbahasa Indonesia agar bisa melayani para konsumen mereka yang mayoritas dari Indonesia.

Bahkan saat krisis moneter melanda dunia tahun 2008 pun, gairah berbelanja masyarakat Indonesia terbukti tidak surut dan malah meningkat. Tidak heran jika saat ini Indonesia menjadi incaran dunia yang ingin menjual berbagai jenis produk mereka. Karena sudah dapat dipastikan, apapun produk yang ditawarkan, pasti dibeli oleh orang Indonesia.

Ya, kebiasaan berbelanja ini sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia, dan sangat lumrah. Jadi tidak heran jika kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya setiap tahunnya selalu muncul pusat perbelanjaan baru yang berusaha mengakomodir kebutuhan belanja masyarakat Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, bahkan di luar negeri pun bermunculan banyak pusat perbelanjaan baru, lengkap dengan wiraniaganya yang fasih berbahasa Indonesia. Apa lagi maksudnya kalau bukan untuk mengakomodir hasrat berbelanja masyarakat Indonesia.

Bagi orang bule, berbelanja memang perlu, tetapi biasanya mereka hanya membeli apa yang mereka butuhkan saja. Jadi mungkin mereka akan sedikit terkaget-kaget jika melihat banyak orang - terutama kaum hawa - yang berbelanja dengan kalap semua jenis barang, baik yang dibutuhkan maupun tidak.



No comments:

Post a Comment