Wednesday 14 January 2015

7 Wanita Perkasa Indonesia dengan Profesi Tidak Biasa

Di beberapa negara, masih saja ada orang yang membedakan "kasta" pria dan wanita. Umumnya, apa yang dilakukan pria, tidak boleh dilakukan oleh wanita. Hal ini sebenarnya masih terjadi di Indonesia. Meski tidak kasat mata, perbedaan itu masih ada. Meski demikian, wanita Indonesia patut bersyukur karena emansipasi wanita berjalan cukup baik di Negeri Tercinta kita ini.

Dalam hal pekerjaan, jika dulu ada beberapa pekerjaan yang hanya boleh dikerjakan pria, kin wanita pun sudah bisa melakukannya. Mulai dari pekerjaan kantoran, hingga pekerjaan kasar sekalipun pun, banyak wanita yang sudah melakoninya.

Bicara pekerjaan kasar yang membutuhkan kekuatan fisik, meski wanita tidak dilarang mengerjakan, namun secara nalar karena beratnya pekerjaan itu, hanya pria yang sebenarnya bisa melakukannya. Namun fakta menunjukkan kalau banyak wanita Indonesia yang juga bisa melakukan pekerjaan fisik itu. Meski risiko terluka, kecelakaan, hingga kematian mengancam, mereka tidak sungkan untuk menjalani profesi itu. Bukan karena cari masalah, tapi faktor ekonomi - ditambah lagi kurangnya akses untuk dapat mengenyam pendidikan yang mamadai - menjadi latar belakang mereka pada akhirnya memutuskan terjun ke lapangan pekerja sekeras ini.

Sebagai penghormatan saya terhadap para wanita perkasa yang bekerja di bidang pekerjaan kasar dan keras untuk menghidupi keluarganya tersebut, berikut ini saya rangkum profil para wanita perkasa Indonesia tersebut ....


1.  NANIK FRANSISKA DEWI
Wanita cantik yang tinggal di Desa Telogosari, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang ini beberapa bulan terakhir ramai dibicarakan di Sosial Media, setelah ada orang yang meng-upload foto dan profilnya. Gadis berusia 19 tahun ini dikenal sebagai gadis yang berprofesi sebagai penambal ban. Pekerjaan yang biasa dilakoni para pria karena berat dan tidak mudah ini, ternyata sudah menjadi profesi yang cukup lama digeluti Nanik.

Keterlibatan Nanik dalam profesi keras ini dimulai sekitar dua tahun silam, setelah dia menikah dengan suaminya, Hari Wibowo. Kala itu usia Nanik baru 17 tahun dan suaminya 20 tahun. Sang suami yang aslinya berprofesi sebagai penambal ban, awalnya mengajari istrinya teknik menambal ban hanya sekedar untuk pengetahuan istri saja. Tidak disangka, Nanik justru menekuni pengetahuan itu, dan kini bahkan telah menguasai dengan baik semua teknik menambal ban yang dikuasai suaminya.

Meski orang tuanya melarang, tapi Nanik tetap nekat bekerja sebagai penambal ban untuk membantu suaminya. Meski pendapatan yang diperolehnya hanya sekitar Rp 15.000 - 40.000 sehari, Nanik sudah merasa bersyukur karena mampu membantu perekonomian keluarganya.



2. SULEHA
Mengemudikan becak bukanlah hal mudah. Dalam kondisi kosong saja, transportasi darat beroda tiga yang beratnya nyaris 100 kg ini saja sudah sangat berat untuk dikemudikan, apalagi jika diisi penumpang yang beratnya bisa mencapai 100 kg juga. Jelas ini bukan pekerjaan mudah, bahkan untuk pria sekali pun yang belum terlatih. Tapi tidak bagi Suleha.

Wanita berusia 40 tahun kelahiran Palu, Sulawesi Tengah, ini melakoni profesi sebagai tukang becak demi menafkahi dirinya dan putrinya yang kini berusia 18 tahun. Suleha yang saat ini tinggal di Surabaya mulai bekerja sebagai tukang becak sejak tahun 2000 silam. Awalnya dia bekerja sebagai pemulung demi menghidupi dirinya setelah ditinggal pergi suaminya yang menikah lagi dengan wanita lain pada tahun 1985.

Suleha mengayuh becak sejak pukul 6 pagi hingga 5 sore setiap hari. Para pelanggannya kebanyakan adalah anak-anak TK dan SD yang bersekolah di daerah Tanjung Balai, dekat tempat tinggalnya. Sesekali dia menerima pekerjaan sampingan seperti mencuci dan menyeterika. Sesekali dia mengumpulkan kertas, koran, majalah, dan barang bekas untuk dijual kembali. Dengan penghasilan rata-rata Rp 30.000 setiap hari, Suleha berusaha mencukupkan untuk kebutuhan sehari-hari, meski penghasilan itu harus dibagi buat dirinya, anak tunggalnya, menantunya, serta cucu semata wayangnya.


3. RADIAH
Wanita berusia 38 tahun yang tinggal di Pontianak ini adalah wanita yang luar biasa. Bersama 12 orang rekannya sesama wanita, mereka bekerja sebagai kuli bangunan. Banyak proyek bangunan yang pernah mereka kerjakan. Beberapa diantaranya adalah pembangunan rumah toko (ruko) di Jalan Perdana depan Bali Agung III, Bandara Supadio, serta perumahan di Vila Gading Sepakat, Pontianak. Meski secara fisik mereka bukanlah wanita bertubuh atletis dan besar, namun mereka mampu melakoni pekerjaan kasar penuh risiko ini. Mengangkat batu bata dan besi baja, mengaduk semen, dan pekerjaan keras lain bisa mereka lakukan sebaik pria.

Radiah mengakui kalau ini bukan pekerjaan yang dia - maupun banyak wanita - idamkan. Tapi setelah dia berpisah dengan suaminya dan punya tanggungan 7 anak yang harus dihidupinya, mau tidak mau dia terpaksa melakoni pekerjaan berat ini. Bekerja dari pagi hingga sore setiap hari, Radiah menerima upah harian sebesar Rp 50,000. Cukup untuk kebutuhan sehari-hari? Anda yang menilai.



4. SARMINI
Wanita bertubuh kurus dan bungkuk ini adalah salah satu wanita buruh angkut atau buruh gendong yang bekerja di Pasar Legi, Solo. Para buruh ini biasanya mengangkut atau mengendong hasil bumi yang akan dijual para pedagang di pasar tersebut. Sarmini tidak sendiri menjadi buruh angkut. Ada sekitar 18 orang wanita lain yang berprofesi sama dengannya di pasar itu.

Rata-rata sekali angkut, mereka biasa membawa hasil bumi tersebut sekitar 1 kuintal (100 kilogram). Upah sekali angkut sampai lantai dua bangunan pasar adalah Rp 4,000. Jika sedang ramai, Sarmini bisa meraup penghasilan hingga Rp 50,000 perhari. Kerja keras yang dilakoninya ini sebagai upayanya untk membantu ekonomi keluarga serta menyekolahkan anak-anaknya.



5. SAYANTI
Mengemudikan bis - apalagi bis antar kota yang biasa berjalan malam hari -  bukanlah pekerjaan mudah. Selain membutuhkan stamina yang prima karena mengemudikan tanpa henti untuk waktu yang panjang, juga insting tajam dan kesigapan dalam berkendara karena melewati jalan yang gelap. Meski pekerjaan berat ini banyak dilakoni pria, namun terbukti ada wanita yang bisa juga melakoninya.

Adalah Suyanti, wanita berusia 43 tahun, yang berprofesi sebagai pengemudi bis malam jurusan Wonogiri - Jakarta. Karena desakan ekonomi, setelah suaminya meninggal dunia dan harus menghidupi dua anak angkatnya (Panji dan Heri), mau tidak mau dia memaksa dirinya untuk menjalani hidup di jalanan sebagai pengemudi bis malam. Dalam menjalankan tugasnya, Yanti bertugas mengemudikan bisnya dua kali : Dari Wonogiri ke Geringsing, Batang, Jawa Tengah, kemudian dar Cirebon ke Jakarta. Total waktu tempuh perjalanan itu memakan waktu 15 jam.

Untuk pekerjaannya ini, Yanti menerima upah Rp 50.000 sekali trip (pulang-pergi Wonogiri - Jakarta). Jika bis penuh, Yanti menerima bonus yang harus dibaginya dengan supir cadangan dan kernet. Meski upah yang diterimanya tidak sebanding dengan risiko kerjaan, tapi Yanti tetap menjalani pekerjaannya dengan suka cita. Dalam menjalani hidup yang serba sulit seperti sekarang, dia tidak menjadikan kewanitaannya sebagai alasan untuk tidak berjuang. Dan semuanya dia lakukan demi membesarkan kedua anak angkatnya.



6. JERO
Hal yang memprihatinkan dari Jero - wanita 40 tahun yang tinggal di Denpasar, Bali - ini bukan lantaran pekerjaannya sebagai pengangkut sampah, tapi karena dia adalah salah satu wanita yang positif HIV. Penyakit ini dideritanya setelah tertular suaminya yang meninggal lima tahun silam.

Wanita yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan hanya mengerti bahasa Bali ini menuturkan kalau sejak diketahui mengidap HIV, dia disingkirkan keluarganya. Hidup sendirian dan terkucil, tidak membuat hidup Jero berakhir. Dia berusaha bangkit dan berjuang untuk tetap bisa hidup. Demi menghidupi dirinya sendiri, Jero bekerja sebagai pengangkut sampai di area Denpasar Timur. Berbekal gerobak sampah, Jero setiap hari berjalan dari rumah ke rumah membersihkan sampah. Untuk usahanya, Jero mendapatkan upah Rp 500,000 perbulan. Selain itu, Jero juga mendapatkan konselor pendampingan bagi penderita HIV serta mendapatkan pemeriksaan viral load dan obat anti retro viral (ARV).



7. RUSI SARYUNI
Wanita 30 tahun yang tinggal di Nagari Pasia Laweh, Sumatera Utara, ini merupakan salah satu wanita ulet yang sangat luar biasa. Wanita ini adalah seorang "pengusaha" produksi batu bata. Meski disebut "Pengusaha", Anda jangan kira tugasnya hanya memonitor pekerjaan bawahan dan memerintah sana-sini. Justru 90% proses pengerjaan batu bata, mulai dari mengeruk tanah, membentuk bata, hingga menyusun bata di tungku dilakukannya sendiri. Proses pengerjaan batu batanya memang masih sangat tradisional.

Meski melakukan semua pekerjaan itu sendiri secara manual, Rusi mampu memproduksi 28,000 bata setiap bulannya. Rusi punya etos kerja dan keyakinan bahwa apapun yang bisa dikerjakan pria, dia pun bisa. Karena itu dia tidak sungkan mengerjakan semua pekerjaan berat itu bersama pekerjanya.

No comments:

Post a Comment