Selain kaya akan ragam budaya, Indonesia juga kaya akan ragam kulinernya. Di setiap daerah di Indonesia pasti ada makanan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Meski demikian, tidak bisa kita pungkiri bahwa ada beberapa makanan yang - meskipun secara bentuk sangat kental dengan budaya Indonesia, namun - tidak sepenuhnya asli Indonesia. Makanan tersebut merupakan adaptasi dari makanan luar negeri dan disajikan dengan cita-rasa Indonesia agar lebih bisa diterima.
Hal ini sah-sah saja karena merupakan wujud kreativitas dan yang diadaptasi adalah idenya. Toh bentuk akhir dan rasanya jauh berbeda dengan makanan aslinya di luar negeri. Ada banyak sekali makanan yang merupakan adaptasi makanan luar negeri. Dan berikut ini adalah 10 di antaranya :
1. GADO-GADO
Masyarakat luar negeri mengenalnya dengan sebutan "Indonesian Salad". Dan Salad sendiri aslinya merupakan makanan Perancis yang sudah dikonsumsi masyarakat di sana sejak abad 14. Pada awal kemunculannya, Salad merupakan makanan yang terdiri dari campuran sayur-sayuran segar, dan dikonsumsi mentah. Dengan berkembangkan teknologi dan kemampuan manusia dalam mengolah makanan, maka salad pun mulai dikonsumsi dengan menggunakan beberapa sayur matang, serta dengan tambahan bumbu (dressing) seperti Mayonnaise dan Thousand Island.
Di Indonesia sendiri, tidak jelas siapa yang memberikan inspirasi dan sejak kapan orang Indonesia mulai memakan gado-gado. Berdasarkan catatan yang saya temukan, gado-gado pertama kali diperkenalkan secara komersil pada tahun 1947 di Jakarta. Karena itu, bisa dikatakan pada waktu itulah masyarakat Indonesia pertama kali mengenal gado-gado.
Meski pun memiliki konsep mirip salad di luar negeri, gado-gado memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan salad. Pertama dari bahannya. Meski pun mayoritas sayuran, namun sayuran yang digunakan adalah sayuran yang sudah diolah, bukan sayur mentah. Selain itu, gado-gado menggunakan tambahan tahu, tempe, telor, dan krupuk, serta penggunaan bumbu kacang sebagai "dressing" yang membuat gado-gado memiliki identitas "Indonesia Banget" yang sama sekali berbeda dengan Salad pada umumnya.
2. SOTO
Meski makanan ini lahir di Semarang, namun menurut Dennys Lombard dalam bukunya "Nusa Jawa : Silang Budaya", makanan ini bukanlah produk asli Indonesia tapi merupakan asimilasi dari budaya India dan Tionghua.
Ide pembuatan sup kuning pekat ini adalah dari makanan India yang banyak menggunakan kuah kunyit bersantan. Pada waktu itu, masyarakat Tionghua di Semarang mencoba membuat sup ini dengan menambahkan daging dan sayuran ke dalamnya. Hasilnya menjadi sebuah sup sayur daging bersantan kental yang dikenal dengan sebutan Cauto / Caudo. Karena sulit dilafalkan masyarakat pribumi, penyebutannya pun diubah menjadi Soto. Seiring berjalannya waktu, Soto mengalami banyak perubahan dan muncullah berbagai variasi rasa Soto yang kelak menjadi ciri khas masing-masing daerah : Soto Betawi, Soto Semarang, Soto Madura, Coto Makasar, dan lain-lain.
3. BAKSO
Makanan Sejuta Umat di Indonesia ini sudah tidak asing lagi bagi Anda. Ya, bakso sudah bukan hal baru lagi dan sudah menjadi bagian terpenting dalam kuliner Indonesia. Hampir semua wilayah di Indonesia punya makanan yang menggunakan makanan berbentuk bola yang terbuat dari daging giling dan tapioka ini.
Meski sangat populer di Indonesia, bakso bukan makanan asli Indonesia. Bakso aslinya adalah makanan khas bangsa Romawi yang sudah dikenal sejak abad ke-4 (berdasarkan buku kumpulan resep masak Apicius). Namun berbeda dengan bakso yang kita kenal di masa kini, bakso Romawi berbentuk bola kasar berukuran besar.
Begitu lezatnya makanan itu, banyak negara yang kemudian mengadapsi dan menjadikan bakso sebagai makanan negara mereka. Tiongkok adalah salah satu negara yang mengadopsi resep bakso dari Romawi tersebut dan membuatnya menjadi bentuk yang lebih halus dan lebih kecil, agar penampilannya menggugah selera dan lebih mudah dikonsumsi.
Pada abad 17, pedagang Tiongkok melakukan perjalanan ke Indonesia. Dan pada waktu itulah mereka mengajarkan metode pengolahan bakso kepada masyarakat Indonesia. Pengetahuan itu kemudian diajarkan secara meluas, sehingga pada hari ini banyak orang Indonesia yang bisa membuat bakso, bahkan memunculkan berbagai varian rasa, bentuk, dan bahan yang digunakan.
Nama Bakso sendiri berasal dari bahasa Hokkian (Bak : Daging Babi; dan So : Masakan). Pada awalnya, Bakso memang diolah dari daging babi. Karena masyarakat Indonesia tidak bisa mengonsumsi daging babi, maka digantilah menjadi daging sapi.
4. MARTABAK
Meski Martabak Bangka adalah makanan yang sangat digemari dan ada di mana-mana, tapi percayalah kalau Martabak sendiri bukan makanan asli Indonesia.
Martabak aslinya adalah makanan asli India bernama Moortaba. Proses pembuatannya sama persis dengan proses pembuatan makanan khas India seperti Roti Cane, Mamosa, Chappaty, Nan, dan Purata, di mana Martabak dibentuk menjadi bentuk lingkaran besar, kemudian diisi daging dan sayuran, lalu digoreng.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh, Martabak pertama kali dipopulerkan dan dijual di Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah. Martabak yang pertama kali dijual tersebut adalah martabak yang dikenal publik sekarang sebagai "Martabak Asin". Makanan itu diperkenalkan seorang pedagang asal India bernama Abdullah bin Hassan Almalibary asal India. Awalnya, makanan tersebut dikenal dengan nama Moortaba, sesuai nama aslinya di India. Tapi karena sulit dilafalkan, jadilah berganti nama menjadi Martabak.
5. SATE
Seperti yang kita ketahui, Sate adalah makanan tradisional Indonesia yang sangat terkenal. Meski sejarah menyebut Sate adalah makanan asli Indonesia, tapi sebenarnya sate bukanlah makanan asli Indonesia.
Sate merupakan adaptasi dari Daging Steak yang pertama kali dikenal masyarakat Scandinavia pada pertengahan abad 15. Proses mengolah daging dengan dibakar dan diberi bumbu ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Eropa.
Ketika Belanda menjajah Indonesia, budaya memasak Steak dibawa ke Indonesia. Ide membakar daging di atas bara api ini menjadi inspirasi orang Indonesia untuk membuat modifikasinya. Karena daging cukup mahal kala itu, maka masyarakat Indonesia mengakalinya dengan memotong daging itu kecil-kecil dan ditancapkan ke tusukan untuk kemudian dibakar. Dengan demikian, masaknya bisa lebih cepat matang, porsinya bisa lebih banyak, dan bisa dinikmati banyak orang.
Makanan ini kemudian dijual sebagai makanan kaki lima di awal abad ke-19 di Jawa. Nama "sate" atau "satai" sendiri diduga berasal dari bahasa Tamil. Tapi ada juga teori lain yang menyebutkan kalau Sate berasal dari bahasa Minnan, Tionghua yang menyebutkan daging yang dibakar dengan istilah Sa Tae Bak (Tiga Daging Bakar). Ada pula teori yang menyebutkan kalau "Sate" merupakan adaptasi dari kata "Steak" itu sendiri (apabila diucapkan dengan nada pelan, maka "Steak" akan terdengar mirip kata "Sate"/ "Sa Te Ik").
6. NASI GORENG
Nasi Goreng juga merupakan salah satu makanan "sejuta umat" di Indonesia, dan sudah dianggap sebagai makanan nasional. Namun faktanya, Nasi Goreng memang bukanlah makanan asli produk Indonesia, melainkan adaptasi (kalau tidak mau disebut "jiplakan") dari luar negeri.
Menurut catatan Sejarah, Nasi Goreng sudah ada sejak 4000 SM dan menjadi makanan tradisional masyarakat Tionghua. Pembuatan nasi goreng ini berawal dari sering adanya sisa nasi setiap kali usai santap malam. Karena di masa lalu belum ada teknologi kulkas yang bisa mengawetkan nasi, maka masyarakat Tionghua pun memasak sisa nasi tersebut. Proses ini akan membuat nasi menjadi tahan lebih lama, minimal 48 jam. Budaya ini kemudian dibawa oleh perantau Tionghua ke seluruh negara, termasuk Indonesia.
Nasi Goreng Indonesia mulai dikenal secara luas, termasuk ke luar negeri (waktu itu Belanda), pada tahun 1979 ketika Tante Lien - salah seorang penyanyi terkenal Indonesia di masa itu - menyanyikan lagu "Geef Mij Maar Nasi Goreng" (Beri Aku Nasi Goreng Saja). Lagu berlirik kocak itu bercerita tentang kerinduan seorang penduduk Indonesia - yang tinggal Belanda - pada Nasi Goreng yang merupakan makanan favoritnya waktu masih di Indonesia. Dari sanalah, Nasi Goreng menjadi masyur dan dikenal dunia.
7. SEMUR
Masakan yang terbuat dari daging rebus yang diolah dalam kuah berwarna coklat pekat yang terbuat dari kecap manis, bawang merah, bawang bombay, pala, dan cengkeh ini adalah masakan asli Belanda yang dikenal dengan nama "Smoor".
Aslinya, masakan itu adalah sup daging yang direbus dengan tomat dan bawang, yang dimasak pelan-pelan di atas api kecil. Diduga Belanda mulai memperkenalkan masakan ini ke Indonesia sekitar tahun 1600-an. Dengan banyaknya rempah dan bumbu khas di Indonesia yang tidak ada di Eropa, maka mulailah masyarakat Belanda yang tinggal di Indonesia melakukan pengembangan cita-rasa Smoor yang beragam. Salah satu buku resep tertua yang mendokumentasikan varian masakan ini adalah Goot Nieuw Volledig Oost-Indisch Kookboek yang terbit tahun 1902 di Belanda. Buku ini memuat 6 resep Smoor (Smoor Ajam 1, Smoor Ajam II, Smoor Ajam III, Smoor Bandjar van Kip, Smoor Banten van Kip, dan Solosche Smoor van Kip).
Seiring berjalannya waktu, masakan Smoor itu kemudian diadaptasi menjadi masakan tradisional Indonesia yang dikenal dengan sebutan "Semur". Dan Semur pun tidak hanya menjadi masakan di Jawa saja, tetapi telah diserap oleh daerah lain di Indonesia : Semur Betawi, Semur Manado, Semur Malbi (Palembang), Semur Lidah (Bali), Semur Aceh, Semur Goreng Samarinda, Semur Ikan Purwokerto, Semur Santan Maluku, dan Semur Ternate.
8. BUBUR AYAM
Salah satu makanan paling populer di Indonesia (terutama di Jakarta dan Jawa Barat) adalah Bubur Ayam. Uniknya, meski sudah sangat kental dengan budaya Tionghua-nya, banyak orang yang masih mengira Bubur Ayam adalah makanan asli produk Indonesia. Padahal bukan.
Bubur - dalam bahasa Inggris disebut "Congee" - adalah makanan tradisional masyarakat Tionghua sejak ribuan tahun yang lalu. Diduga pada zaman dulu, Bubur adalah makanan mewah bagi Raja. Dan berdasarkan catatan yang ada, Raja pertama yang mengonsumsi bubur adalah Raja Hsi Huang Ti (berkuasa pada tahun 2698 - 2598 Sebelum Masehi), Pendiri Tembok China. Aslinya, Congee dimakan polos dengan tambahan lauk seperti cakwe, asinan rebung, daging sapi, dan lain-lain.
Tidak jelas kapan Bubur Ayam pertama kali dijual di Indonesia. Tapi pastinya hingga hari ini Bubur Ayam menjadi makanan dan sarapan pagi yang cukup digemari masyarakat. Umumnya, Bubur Ayam menggunakan suwiran daging ayam, potongan cakwe, potongan daun bawang, bawang goreng, dan seledri. Ada juga tambahan telor dan potongan hati-ampela ayam. Sementara itu, beberapa daerah lain di Indonesia punya variasi bubur mereka sendiri :
Di Manado, buburnya diberi campuran sayuran dan biji jagung dan dikenal dengan nama Tinutuan (Bubur Manado).
Di Bali buburnya pedas, dengan campuran sayuran, bawang goreng, dan cabe yang disebut Bondalem.
Sementara itu di Maluku dan Papua, mereka menggunakan tepung Sago sebagai bahan dasar bubur. Bubur mereka disebut Papeda dan biasanya dimakan dengan campuran sup Ikan Tuna atau Mubara.
9. PEMPEK
Nah, ini adalah makanan tradisional khas Palembang yang sudah terkenal di seluruh Indonesia dan manca negara. Meski demikian, makanan ini bukan produk asli Indonesia, tapi adaptasi dari produk luar negeri.
Produk ini sebenarnya merupakan pengembangan dari Bakso yang dibuat masyarakat Tiongkok. Meski Bakso sudah diperkenalkan ke masyarakat Indonesia abad 17, tapi Pempek sendiri baru mulai dibuat pada abad 18, setelah produk sagu mulai dikenal dan diproduksi massal di Indonesia pada tahun 1810. Pada awal kemunculannya, pempek dibuat dengan menggunakan Ikan Belida yang hanya hidup di Palembang. Namun karena makin langka dan mahalnya ikan tersebut, digunakanlah jenis ikan lain seperti Tenggiri, Kakap Merah, Ikan Sebelah, dan Ikan Ekor Kuning. Dalam perkembangan lebih lanjut, mulai muncul ikan lele yang dibuat dari Ikan Dencis, Ikan Lele, dan Ikan Tuna Putih.
Hingga hari ini, Pempek telah memiliki puluhan varian. Yang paling populer adalah Pempek Kapal Selam. Selain itu, ada juga Pempek Kulit, Pempek Lenjer, Pempek Keriting, Otak-Otak, dan lain-lain. Turunan dari pempek pun banyak : Laksan, Tekwan, Model, dan Celimpungan.
10. ONDE-ONDE
Ini adalah cemilan dan kue jajanan pasar paling populer di Indonesia. Terbuat dari tepung terigu yang diisi pasta kacang hijau, dibentuk bundar lalu digoreng, kemudian permukaannya ditaburi biji wijen. Dari catatan sejarah, Onde-onde sudah ada sejak jaman Majapahit (1293 - 1500 Masehi) dan Mojokerto merupakan penghasil Onde-onde yang sangat terkenal sejak masa itu hingga hari ini. Dengan melihat sejarahnya, banyak orang mengatakan makanan ini adalah cemilan khas Indonesia. Benarkah?
Faktanya, Onde-onde aslinya berasal dari Tiongkok dan sudah terkenal sejak Dinasti Tang (618 - 907 Masehi). Cemilan ini merupakan kue resmi daerah Changan (sekarang Xian) dan disebut Ludeui. Makanan ini sangat populer di negara itu sehingga banyak daerah Tiongkok kemudian membuat variasi Onde-Onde mereka sendiri. Di Tiongkok Utara, Onde-Onde mereka disebut Matuan. Di Hainan disebut Zhen Dai atau Shi Ma Qiu. Dan di daerah Timur Laut Tiongkok disebut Ma Yuan.
Diperkirakan produk ini masuk ke Indonesia lewat pedagang Tiongkok sekitar abad 12.
Aslinya, Onde-Onde di Tiongkok berbentuk bulat dan lebih kenyal seperti kue moci. Namun saat diadaptasi menjadi cemilan Indonesia, Onde-Onde dibuat dengan tekstur yang lebih keras meski masih kenyal.
Showing posts with label makanan. Show all posts
Showing posts with label makanan. Show all posts
Thursday, 28 May 2015
Monday, 21 July 2014
7 Makanan Luar Negeri yang Cara Makannya di Indonesia Beda Banget dengan Negara Asalnya ....
Meski memiliki kekayaan kuliner, masyarakat Indonesia tidak menutup diri untuk menerima makanan dari luar negeri. Sejak tahun 1980an, banyak restoran dan rumah makan siap saji dari luar negeri yang bertandang dan membuka gerainya di Indonesia. Kala itu masih berpusat di kota-kota besar saja seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Tapi sekarang sudah tersebar di berbagai kota dan propinsi.
Meski masyarakat Indonesia menerima makanan dari luar negeri tersebut - bahkan telah menjadi tren gaya hidup mereka untuk makan makanan produk luar negeri - tidak serta merta cara makan dan bentuk penyajian makanan luar negeri tersebut mentah-mentah diaplikasikan begitu saja di Indonesia. Butuh beberapa penyesuaian agar makanan tersebut bisa diterima, mulai dari penggunaan bumbu (yang disesuaikan dengan selera lidah orang Indonesia), hingga pada cara penyajian dan cara makannya.
Berikut ini adalah makanan "impor" dari luar negeri yang ada di Indonesia, di mana cara penyajian dan cara makannya di Indonesia dibuat berbeda dengan cara makan di negeri asal makanan tersebut, agar bisa diterima masyarakat Indonesia. Meski beberapa di antaranya terkesan konyol, tapi.... well... you know..... itulah uniknya makan makanan tersebut di Indonesia.....
1. PIZZA
Anda tentu tahu kalau pizza adalah makanan khas masyarakat Italia. Makanan yang terbuat dari tepiung terigu ini disajikan dalam bentuk bulat tipis dengan topping daging, paprika, dan keju.
Sama seperti Indonesia, pizza juga ada dan diperkenalkan oleh sebuah restoran franchise sejak tahun 1990-an. Sejak itu, pizza menjadi salah satu menu makanan favorit keluarga yang sangat digemari Selain harganya kini telah dibuat menyesuaian kantong masyarakat Indonesia, mulai dari menengah hingga atas, menu yang disajikannya pun sangat beragam, seperti nasi, pasta, ayam goreng, dan lain-lain, yang mana membuat menu pizza menjadi tidak membosankan.
Karena awalnya hadir sebagai "makanan luar negeri", di mana makan dengan sendok dan garpu menjadi ciri khas masyarakat barat, maka jika Anda makan di restoran tersebut, di meja selalu disediakan sendok dan garpu. Makan pizza pun dilakukan dengan menggunakan sendok dan garpu. Sangat jarang sekali ada orang makan pizza dengan cara memegang potongan pizza-nya.
Padahal di luar negeri, cara mengonsumsi pizza ya biasa saja : Dipegang dengan tangan dan dimakan begitu saja.
Well... mungkin biar keliatan makan pizza itu bergengsi dan terlihat seperti gaya makan orang kelas atas, sehingga makan pizza di Indonesia harus menggunakan pisau dan garpu.
2. DONAT
Donat adalah salah satu makanan yang "dipercaya" berasal dari Amerika Selatan dan diciptakan oleh masyarakat Belanda yang berimigirasi di negara tersebut pada abad 18. Kini donat adalah makanan yang sangat populer di seluruh dunia dan diminati banyak orang, termasuk di Indonesia. Jika sering menonton film Hollywood, maka Anda akan melihat kalau donat menjadi "jajanan favorit" polisi di Amerika Serikat.
Di Indonesia pun, donat juga hadir di tahun 1990an dan dibawa oleh sebuah restoran waralaba donat terkemuka dari luar negeri. Sama seperti negara asalnya, donat dijual dalam berbagai bentuk. Tidak saja bulat berlubang tengah seperti kebanyakan donat pada umumnya, namun juga dalam bentuk gepeng dan bundar.
Jika di luar negeri, cara makan donat adalah dimakan dengan cara memegang donat dengan tangan dan memakannya langsung, maka di Indonesia sedikit berbeda. Dengan alasan makanan tersebut adalah makanan dari luar negeri dan ingin tampak "berkelas" saat disajikan, maka jika makan donat di restoran waralaba donat, sama seperti makan pizza, makannya menggunakan pisau dan garpu. Sebenarnya "cukup aneh", mengingat donat berukuran kecil dan sedikit "berlebihan" jika dimakan dengan pisau dan garpu. Tapi..... namanya juga makan makanan bule, ya afdolnya dimakan gaya bule juga.
3. BIBIMBAP
Ini adalah salah satu makanan tradisional sekaligus populer di Korea Selatan. Makanan ini berupa nasi dengan daging dan sayuran serta kuning telur setengah matang. Cara makannya terbilang unik : nasi dan lauknya dicampur aduk. Setelah tercampur merata, barulah dimakan (Bibimbap sendiri dalam bahasa Korea berarti "nasi campur aduk").
Di Indonesia, Restoran Korea baru mulai populer dua tahun terakhir ini setelah wabah budaya Korea menulari masyarakat Indonesia. Banyak sekali restoran waralaba Korea yang belakangan ini bermunculan di berbagai kota besar di Indonesia. Dan Bibimbap menjadi salah satu menu andalan yang disukai banyak orang. Sebenarnya penyajiannya nyaris persis sama dengan penyajian di negara aslinya. Bedanya hanyalah pada telornya. Jika di negara asalnya, telur yang digunakan adalah kuning telur setengah matang, maka jika di Indonesia, telur disajikan lengkap dengan putih telur dan dimasak matang. Selain alasan higienis (telur setengah matang masih mengandung bakteri berbahaya seperti Salmonella yang dapat membuat orang sakit perut jika mengonsumsi), banyak orang tidak suka dengan aroma kuning telur yang amis dan menyengat.
Lebih parahnya lagi, dengan mencampur telur ke nasi dan lauk pauk akan membuat wujud makanannya menjadi sangat tidak menarik (jadi lebih mirip makanan buat doggy....). Dengan pertimbangan itulah, maka beberapa restoran waralaba memutuskan untuk menyajikan telur mata sapi matang. Ada sih yang menyajikan Bibimbap dalam versi aslinya. Biasanya restoran seperti itu adalah restoran yang dibuka oleh Korea dan diperuntukkan bagi para ekspatriat Korea.
4. CAKWE
Cakwe adalah semacam roti panjang yang digoreng. Panganan yang aslinya dari Daratan Tiongkok ini biasanya merupakan menu sarapan masyarakat di sana (serta Hong Kong). Cakwe biasa hanya dimakan layaknya roti (tanpa tambahan apapun) atau dimakan bersama bubur polos (cakwe dipotong-potong kecil lalu diceburkan ke bubur atau hanya dicelup-celupkan di bubur saja, untuk penambah rasa dan aroma bubur).
Di Indonesia, Cakwe awalnya populer di daerah Sumatera, khususnya Medan dan Kepulauan Riau. Kini kehadirannya sudah merambah dan dikenal hampir semua wilayah di Indonesia, khususnya Kalimantan dan Jawa. Namun berbeda dengan cara makan di negara asalnya, cakwe justru dimakan dengan dicocol saos sambal, saos tomat, atau bumbu kacang.
Cakwe juga digunakan sebagai salah satu komplemen makan bubur ayam, selain suwiran daging ayam, potongan telur, seledri, dan bawang goreng.
5. BAKPAO
Salah satu makanan yang juga aslinya dari Daratan Tiongkok dan kini sudah sangat populer di Indonesia. Terbuat dari terigu yang dibentuk bulat dengan isi daging di dalamnya. Dalam bahasa aslinya, Bakpao sendiri berarti "daging yang dibungkus". Makannya juga sangat simpel, yaitu dengan memakan bakpao seperti makan roti.
Namun berbeda dengan Indonesia, terutama di daerah Jawa, makan Bakpao biasanya menggunakan saos sambal atau saos tomat. Tujuannya untuk mendapatkan "sensasi" rasa yang berbeda. Ada sih orang yang makan bakpao tanpa saos, tetapi kebanyakan orang Indonesia lebih suka makan bakpao dengan saos untuk mencari sensasi pedas dan asam.
6. SIOMAY
Siomay berasal dari bahasa Tiongkok Shumai / Saomay yang berarti "pangsit daging babi". Salah satu makanan bergengsi ini biasanya merupakan salah satu menu dimsum yang biasa dinikmati oleh orang Tiongkok dan Hong Kong.
Seperti dimsum pada umumnya, Saomay disajikan dalam keranjang rotan dan dimakan selagi hangat dan dicocol ke dalam campuran minyak wijen, arak, dan kaldu ayam sebagai penambah rasa.
Di Indonesia, karena penduduknya kebanyakan orang Muslim, maka Siomay dibuat dari daging ikan dan tepung tapioka. Cara makannya pun berbeda : Siomay dipotong dalam ukuran sedang, lalu dituangi bumbu kacang dan kecap manis.
7. MARTABAK
Martabak adalah makanan yang berasal dari Yemen, Timur Tengah. Dalam bahasa aslinya, Martabak atau Murtabbaq berarti "dilipat". Aslinya, martabak terbuat dari kulit roti yang lebar dan dilipat-lipat, lalu digoreng. Bentuknya sekilas mirip roti croissant dari Perancis, namun lebih lembut dan legit. Martabak disajikan dalam bentuk potongan segi empat dan dituangi bumbu kaldu kental yang terdiri dari daging kambing, telor, potongan timun, bawang merah, dan tomat.
Di Indonesia, Martabak terdiri dari 2 jenis, yaitu Martabak Asin dan Martabak Manis. Martabak Asin adalah martabak yang terbuat dari kulit roti yang dibuat lebar, lalu di dalamnya diisi dengan campuran daging cincang, telor, dan daun bawang, kemudian digoreng. Martabak dimakan dalam kondisi kering dengan tambahan kecap asin dan acar cabe rawit, timun, dan bawang merah yang segar.
Di Palembang, ada Martabak bernama Martabak HAR (Haji Abdul Rozak) yang penyajiannya sangat mirip dengan martabak di negara asalnya.
Sementara itu Martabak Manis adalah martabak yang terbuat dari tapioka. Mirip martabak asin, hanya saja bentuknya bulat dan rasanya manis. Biasanya Martabak Manis diberi gula, coklat, mentega, kacang halus, keju, dan lain-lain sesuai selera. Biasanya Martabak seperti ini dikenal dengan nama Martabak Bangka, karena pertama kali dijual dan diperkenalkan oleh orang-orang dari Pulau Bangka, Sumatera Selatan. Meski namanya Martabak, namun konsep Martabak Manis atau Martabak Bangka sangat jauh berbeda dengan Martabak asli. Yang menyamakan keduanya adalah dalam penyajiannya saja, di mana Martabak Bangka juga disajikan dalam bentuk "terlipat".
Meski masyarakat Indonesia menerima makanan dari luar negeri tersebut - bahkan telah menjadi tren gaya hidup mereka untuk makan makanan produk luar negeri - tidak serta merta cara makan dan bentuk penyajian makanan luar negeri tersebut mentah-mentah diaplikasikan begitu saja di Indonesia. Butuh beberapa penyesuaian agar makanan tersebut bisa diterima, mulai dari penggunaan bumbu (yang disesuaikan dengan selera lidah orang Indonesia), hingga pada cara penyajian dan cara makannya.
Berikut ini adalah makanan "impor" dari luar negeri yang ada di Indonesia, di mana cara penyajian dan cara makannya di Indonesia dibuat berbeda dengan cara makan di negeri asal makanan tersebut, agar bisa diterima masyarakat Indonesia. Meski beberapa di antaranya terkesan konyol, tapi.... well... you know..... itulah uniknya makan makanan tersebut di Indonesia.....
1. PIZZA
Anda tentu tahu kalau pizza adalah makanan khas masyarakat Italia. Makanan yang terbuat dari tepiung terigu ini disajikan dalam bentuk bulat tipis dengan topping daging, paprika, dan keju.
Sama seperti Indonesia, pizza juga ada dan diperkenalkan oleh sebuah restoran franchise sejak tahun 1990-an. Sejak itu, pizza menjadi salah satu menu makanan favorit keluarga yang sangat digemari Selain harganya kini telah dibuat menyesuaian kantong masyarakat Indonesia, mulai dari menengah hingga atas, menu yang disajikannya pun sangat beragam, seperti nasi, pasta, ayam goreng, dan lain-lain, yang mana membuat menu pizza menjadi tidak membosankan.
Karena awalnya hadir sebagai "makanan luar negeri", di mana makan dengan sendok dan garpu menjadi ciri khas masyarakat barat, maka jika Anda makan di restoran tersebut, di meja selalu disediakan sendok dan garpu. Makan pizza pun dilakukan dengan menggunakan sendok dan garpu. Sangat jarang sekali ada orang makan pizza dengan cara memegang potongan pizza-nya.
Padahal di luar negeri, cara mengonsumsi pizza ya biasa saja : Dipegang dengan tangan dan dimakan begitu saja.
Well... mungkin biar keliatan makan pizza itu bergengsi dan terlihat seperti gaya makan orang kelas atas, sehingga makan pizza di Indonesia harus menggunakan pisau dan garpu.
2. DONAT
Donat adalah salah satu makanan yang "dipercaya" berasal dari Amerika Selatan dan diciptakan oleh masyarakat Belanda yang berimigirasi di negara tersebut pada abad 18. Kini donat adalah makanan yang sangat populer di seluruh dunia dan diminati banyak orang, termasuk di Indonesia. Jika sering menonton film Hollywood, maka Anda akan melihat kalau donat menjadi "jajanan favorit" polisi di Amerika Serikat.
Di Indonesia pun, donat juga hadir di tahun 1990an dan dibawa oleh sebuah restoran waralaba donat terkemuka dari luar negeri. Sama seperti negara asalnya, donat dijual dalam berbagai bentuk. Tidak saja bulat berlubang tengah seperti kebanyakan donat pada umumnya, namun juga dalam bentuk gepeng dan bundar.
Jika di luar negeri, cara makan donat adalah dimakan dengan cara memegang donat dengan tangan dan memakannya langsung, maka di Indonesia sedikit berbeda. Dengan alasan makanan tersebut adalah makanan dari luar negeri dan ingin tampak "berkelas" saat disajikan, maka jika makan donat di restoran waralaba donat, sama seperti makan pizza, makannya menggunakan pisau dan garpu. Sebenarnya "cukup aneh", mengingat donat berukuran kecil dan sedikit "berlebihan" jika dimakan dengan pisau dan garpu. Tapi..... namanya juga makan makanan bule, ya afdolnya dimakan gaya bule juga.
3. BIBIMBAP
Ini adalah salah satu makanan tradisional sekaligus populer di Korea Selatan. Makanan ini berupa nasi dengan daging dan sayuran serta kuning telur setengah matang. Cara makannya terbilang unik : nasi dan lauknya dicampur aduk. Setelah tercampur merata, barulah dimakan (Bibimbap sendiri dalam bahasa Korea berarti "nasi campur aduk").
Di Indonesia, Restoran Korea baru mulai populer dua tahun terakhir ini setelah wabah budaya Korea menulari masyarakat Indonesia. Banyak sekali restoran waralaba Korea yang belakangan ini bermunculan di berbagai kota besar di Indonesia. Dan Bibimbap menjadi salah satu menu andalan yang disukai banyak orang. Sebenarnya penyajiannya nyaris persis sama dengan penyajian di negara aslinya. Bedanya hanyalah pada telornya. Jika di negara asalnya, telur yang digunakan adalah kuning telur setengah matang, maka jika di Indonesia, telur disajikan lengkap dengan putih telur dan dimasak matang. Selain alasan higienis (telur setengah matang masih mengandung bakteri berbahaya seperti Salmonella yang dapat membuat orang sakit perut jika mengonsumsi), banyak orang tidak suka dengan aroma kuning telur yang amis dan menyengat.
Lebih parahnya lagi, dengan mencampur telur ke nasi dan lauk pauk akan membuat wujud makanannya menjadi sangat tidak menarik (jadi lebih mirip makanan buat doggy....). Dengan pertimbangan itulah, maka beberapa restoran waralaba memutuskan untuk menyajikan telur mata sapi matang. Ada sih yang menyajikan Bibimbap dalam versi aslinya. Biasanya restoran seperti itu adalah restoran yang dibuka oleh Korea dan diperuntukkan bagi para ekspatriat Korea.
4. CAKWE
Cakwe adalah semacam roti panjang yang digoreng. Panganan yang aslinya dari Daratan Tiongkok ini biasanya merupakan menu sarapan masyarakat di sana (serta Hong Kong). Cakwe biasa hanya dimakan layaknya roti (tanpa tambahan apapun) atau dimakan bersama bubur polos (cakwe dipotong-potong kecil lalu diceburkan ke bubur atau hanya dicelup-celupkan di bubur saja, untuk penambah rasa dan aroma bubur).
Di Indonesia, Cakwe awalnya populer di daerah Sumatera, khususnya Medan dan Kepulauan Riau. Kini kehadirannya sudah merambah dan dikenal hampir semua wilayah di Indonesia, khususnya Kalimantan dan Jawa. Namun berbeda dengan cara makan di negara asalnya, cakwe justru dimakan dengan dicocol saos sambal, saos tomat, atau bumbu kacang.
Cakwe juga digunakan sebagai salah satu komplemen makan bubur ayam, selain suwiran daging ayam, potongan telur, seledri, dan bawang goreng.
5. BAKPAO
Salah satu makanan yang juga aslinya dari Daratan Tiongkok dan kini sudah sangat populer di Indonesia. Terbuat dari terigu yang dibentuk bulat dengan isi daging di dalamnya. Dalam bahasa aslinya, Bakpao sendiri berarti "daging yang dibungkus". Makannya juga sangat simpel, yaitu dengan memakan bakpao seperti makan roti.
Namun berbeda dengan Indonesia, terutama di daerah Jawa, makan Bakpao biasanya menggunakan saos sambal atau saos tomat. Tujuannya untuk mendapatkan "sensasi" rasa yang berbeda. Ada sih orang yang makan bakpao tanpa saos, tetapi kebanyakan orang Indonesia lebih suka makan bakpao dengan saos untuk mencari sensasi pedas dan asam.
6. SIOMAY
Siomay berasal dari bahasa Tiongkok Shumai / Saomay yang berarti "pangsit daging babi". Salah satu makanan bergengsi ini biasanya merupakan salah satu menu dimsum yang biasa dinikmati oleh orang Tiongkok dan Hong Kong.
Seperti dimsum pada umumnya, Saomay disajikan dalam keranjang rotan dan dimakan selagi hangat dan dicocol ke dalam campuran minyak wijen, arak, dan kaldu ayam sebagai penambah rasa.
Di Indonesia, karena penduduknya kebanyakan orang Muslim, maka Siomay dibuat dari daging ikan dan tepung tapioka. Cara makannya pun berbeda : Siomay dipotong dalam ukuran sedang, lalu dituangi bumbu kacang dan kecap manis.
7. MARTABAK
Martabak adalah makanan yang berasal dari Yemen, Timur Tengah. Dalam bahasa aslinya, Martabak atau Murtabbaq berarti "dilipat". Aslinya, martabak terbuat dari kulit roti yang lebar dan dilipat-lipat, lalu digoreng. Bentuknya sekilas mirip roti croissant dari Perancis, namun lebih lembut dan legit. Martabak disajikan dalam bentuk potongan segi empat dan dituangi bumbu kaldu kental yang terdiri dari daging kambing, telor, potongan timun, bawang merah, dan tomat.
![]() |
Martabak Asin |
Di Indonesia, Martabak terdiri dari 2 jenis, yaitu Martabak Asin dan Martabak Manis. Martabak Asin adalah martabak yang terbuat dari kulit roti yang dibuat lebar, lalu di dalamnya diisi dengan campuran daging cincang, telor, dan daun bawang, kemudian digoreng. Martabak dimakan dalam kondisi kering dengan tambahan kecap asin dan acar cabe rawit, timun, dan bawang merah yang segar.
Di Palembang, ada Martabak bernama Martabak HAR (Haji Abdul Rozak) yang penyajiannya sangat mirip dengan martabak di negara asalnya.
![]() |
Martabak Manis |
Subscribe to:
Posts (Atom)